Simposium Pembelajaran Bahasa Inggris untuk SD

Memasuki dunia internasional, butuh banyak keunggulan. Penguasaan bahasa tak luput jadi perhatian. Kini, Indonesia mulai melakukan investasi jangka panjangnya dalam jalur pendidikan Bahasa Inggris sejak usia sekolah. Dari serangkaian monitoring yang dilakukan terhadap pembelajaran Bahasa Inggris yang selama ini telah dijalankan di sekolah-sekolah dasar, ada proses yang terhambat. 
 

 Departemen Pendidikan Nasional melalui Direktorat Pembinaan TK dan SD, menggaet British Council menjadi partner kerjasamanya dalam menyusun stategi efektif pelaksanaan program pembelajaran Bahasa Inggris untuk sekolah dasar sebagai kurikulum muatan lokal. Selain menjelang konferensi pembelajaran bahasa Inggris yang diadakan di Vietnam pada Maret mendatang, Indonesia juga diharapkan menghasilkan kerangka yang lebih jelas mengenai metode pengajaran dan pembelajaran Bahasa Inggris di Sekolah Dasar. Menurut rencana, kegiatan konferensi  tentang pembelajaran Bahasa Inggris di Indonesia, juga akan dilakukan di Jakarta pada bulan Mei 2007 nanti.
 Menuju konferensi tersebut, diselenggarakanlah acara Simposium Pembelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Dasar yang digelar selama dua hari sejak tanggal 12 Februari 2007, di Hotel Bumikarsa-Jakarta  dihadiri oleh 40 orang yang berkompeten dan berkaitan erat dengan pengembangan pelaksanaan program pembelajaran Bahasa Inggris untuk sekolah dasar. Turut hadir, jajaran Direktorat Pembinaan TK dan SD, PPPG Bahasa, Pusat Kurikulum, Pustekkom Depdiknas, utusan dari perguruan tinggi Universitas Negeri Yogyakarta dan Universitas Mataram, British Council, para Kasubdin Sekolah Dasar dari 8 provinsi antara lain dari Sulawesi Selatan, DKI Jakarta, DIY, Jawa Barat, dan Kalimantan Timur, serta para kepala sekolah SD Bilingual dari 8 provinsi yang sama. Seluruhnya duduk bersama untuk menyamakan persepsi tentang langkah pembelajaran bahasa Inggris untuk sekolah dasar. Diharapkan, dari simposium ini akan tertampung banyak saran, ide, dan usulan-usulan nyata dalam pengembangan pembelajaran Bahasa Inggris untuk sekarang dan yang akan datang.

Bahasa Inggris, Kendaraan bagi Indonesia Menuju Dunia Internasional
Kebutuhan penguasaan Bahasa Inggris telah berada di berbagai level. Dari mulai kecakapan berbahasa Inggris bagi para tenaga kerja Indonesia, yang menjadi poin penting bagi kualitas kerja mereka. Hingga ke level pendidikan taman kanak-kanak dan sekolah-sekolah dasar. Bahasa Inggris jadi semakin dekat dengan Indonesia, dengan banyak cara. Teknologi informasi, ekonomi, sampai dengan urusan gaya hidup. Kini hampir seluruhnya mempercayakan label mereka dalam Bahasa Inggris. Selain terlihat lebih keren, tentu berkaitan juga dengan tujuan jangkauan informasinya. Bukan cuma agar dikenal oleh orang-orang dalam luar negeri. Tetapi juga ke seluruh dunia. Telah jelas, Bahasa Inggris menduduki peranan besarnya dalam mengantarkan Indonesia ke dunia internasional. Maka tentang kebutuhan masyarakat akan pembelajaran Bahasa Inggris, sudah tidak perlu diperdebatkan lagi.
Sebenarnya pembelajaran Bahasa Inggris untuk sekolah dasar, telah ada pada kurikulum 1994.  Namun perkembangannya dinilai tidak terlalu baik. Walaupun dalam kurikulum 2004 juga telah dikembangkan, tetapi hasilnya tak jauh berbeda dengan kurikulum 1994. Hingga hal ini ditetapkan di dalam Lampiran 1 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 tahun 2006, tentang standar kompetensi dan kompetensi dasar Bahasa Inggris untuk Sekolah Dasar.

Koordinasi Nasional untuk Kesamaan Persepsi
 Mengambil banyak pelajaran dari berbagai hambatan perkembangan proses pembelajaran Bahasa Inggris pada tahun-tahun sebelumnya, Depdiknas menyiasati seluruhnya dengan menempuh cara koordinasi dan penyamaan persepsi agar capaian-capaian hasilnya tak keluar dari jalur yang ditargetkan. Hal yang paling ditekankan oleh Drs. Mudjito AK, M. Si, Direktur Pembinaan TK dan SD, adalah metodologi pembelajaran yang harus dibuat menyenangkan untuk anak-anak didiknya.
Bukan malah sebaliknya seperti yang selama ini telah terjadi. Anak-anak merasa terbebani dalam proses pembelajaran Bahasa Inggris. Selain metode pembelajaran yang melulu berisi tentang penguasaan gramatikal, budaya ‘malu’ pun  disinyalir sebagai penyebab kesulitan terbesar dalam aplikasi Bahasa Inggris p kehidupan sehari-hari.
Menurut penelitian para ahli bahasa, ada 7000 bahasa di dunia, dan ada 700 bahasa di Indonesia. Keadaan budayanya yang multikultural ini sebenarnya menjadi ciri khas yang tidak mungkin diabaikan. Ketika Bahasa Inggris diucapkan oleh murid di daerah Jawa Barat, di Yogya, bahkan di Jakarta sekalipun, akan selalu menciptakan bahasa berdialek. Bahasa Inggris berdialek Sunda, Bahasa Inggris berdialek Jawa, sesungguhnya bukan menjadi hambatan besar untuk mulai rajin berucap dalam Bahsa Inggris. Tapi, ada rasa kurang percaya diri yang tersimpan dan menghambat kemampuan berbahasanya. Acuan kualitas kemampuan berbahasa Inggris, ditaruh terlalu tinggi. Hingga jika tak bisa menggunakan bahasa ini mirip dengan pengguna dari bangsanya sendiri, maka akan dicap berkualitas sangat buruk. Persepsi ini sudah harus dirombak. Sebagai contohnya, adalah negara Singapura dan Malaysia, yang juga punya budaya multikultur ini, warganya tak malu berbahasa Inggris dengan dialek Tiongkok, Melayu dan India yang campur aduk di dalamnya.
Target kurikulum pun jangan sampai membebani anak-anak didik. Kedudukannya sebagai muatan lokal yang memiliki durasi 2 jam pelajaran setiap minggunya, diharapkan dapat memperkenalkan Bahasa Inggris sebagai pelajaran yang menyenangkan. Hal ini menjadi fokus simposium penyamaan persepsi tentang program pembelajaran Bahasa Inggris. Materinya mulai disusun oleh Depdiknas bersama-sama dengan para ahli dari British Council.  Kontribusi yang diberikan British Council, tak hanya bantuan para ahli dan konsep programnya tetapi mereka juga akan mengalokasikan sejumlah dana bantuan untuk pengembangan pembelajaran Bahasa Inggris di Indonesia.
Menurut penuturan Mudjito, sasaran program ini dimulai dari murid-murid kelas 1 s/d kelas 6 di sekolah-sekolah dasar tanpa ingin membedakan negeri atau swasta. Namun sekolah swasta dianggap dapat berperan besar sebagai trend setter dan trade mark yang pengaruhnya cukup luas terhadap anak-anak. Ucapnya, “Program ini  dimulai dari daerah-daerah yang banyak bersentuhan dengan dunia internasional, seperti Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Bali, Medan.”
Giatnya geliat Indonesia dalam mendekatkan diri dengan Bahasa Inggris, semoga tak juga melupakan pentingnya bahasa daerah dan bahasa ibu yang menjadi ciri budaya pendamping hidup manusia Indonesia selama-lamanya.

Tulisan ini telah dimuat di sebuah majalah pendidikan (edisi Februari 2007) yang berkantor di Jakarta. 

 Writer : Ayu N. Andini
 
 
 

~ oleh one1thousand100education pada Juli 7, 2007.

Satu Tanggapan to “Simposium Pembelajaran Bahasa Inggris untuk SD”

  1. Saya yakin simposium dan konfrensi tentang pembelajaran B.Inggris untuk siswa Sekolah Dasar sangat menarik dan berguna sekali bagi kemajuan pengajaran bahasa inggris di Indonesia. Saya adalah orang yg sangat tertarik dalam bidang pengajaran Bahasa Inggris untuk siswa SD. Saya adalah seorang dosen yang baru saja diangkat untuk mengajar di Pendidikan Guru Sekolah Dasar – Universitas Pendidikan Indonesia kampus Purwakarta, Jawa Barat. Saat ini saya sedang mengambil program Master of TESOL di University of Queensland, Australia. Dalam tatanan teoretis, setelah kembali ke Indonesia, mungkin saya akan dapat membekali mahasiswa saya dengan pengetahuan pedagogi untuk mengajar Bahasa Inggris kepada siswa SD. Tetapi terus terang saya memiliki sangat sedikit pengetahuan mengenai praktik pengajaran bahasa inggris dalam konteks Indonesia. Saya samasekali buta dengan standard kompetensi yang diharapkan dan kurikulum yang ada di Indonesia. Saya sangat berharap untuk bisa mendapat informasi lebih banyak mengenai hal tersebut melalui blog ini. Apakah anda bisa me-link saya untuk dapat berhubungan dengan pihak2 yang berkompeten dalam hal ini? Saya sangat mengharapkan bantuan Anda dalam hal ini. Saya ucapkan terima kasih sebelumnya.

Tinggalkan komentar